Bagaimana Program Literasi di Sekolah? ditulis oleh : Wirda Nissa dari Komunitas : Forum Lingkar Pena Sumatra Barat Ig._wrdnss

Beberapa orang menganggap saya sebagai kutu buku dikarenakan kesukaan saya dalam membaca buku. Awal mula saya  mengenal buku sejak SD karena kakak saya mulai membelikan buku cerita anak saat bazar buku. Sejak saat itu saya mulai menyukai buku dan alhamdulillah di SD saya yaitu SD Negeri 03 Alai memiliki perpustakaan yang layak dan ramah anak.

Perpustakaan. Feel impression saya saat itu adalah sangat menyenangkan.Tempat pelarian saya disaat bosan. Perpustakaan SDN 03 Alai adalah perpustakaan terbaik selama saya bersekolah selama ini. Perpustakaan inilah yang membuat saya nyaman dengan buku, jika ada yang mengatakan perpustakaan itu menyeramkan, maka bagi saya tidak sama sekali. Dengan ruangan ber-ac, buku yang disediakan tidak hanya buku pelajaran, tetapi banyaknya buku cerita, prosedur peminjaman buku selalu diberikan yang terbaik, challenge perpustakaan serta hadiah terbaik untuk pengunjung tersering. Tentu saja, program-program perpustakaan yang dibuat membuat banyak orang tertarik akan hal tersebut. Ketika saya melihat suatu perpustakaan terbengkalai, maka saya selalu mengingat satu hal bahwasanya tidak semuanya seperti itu.

Setelah tamat dari SD dan melanjutkan pendidikan SMP, saya mulai aktif dalam literasi dimulai dari menulis karya pendek, hingga novel anak yang alhamdulillah sudah terbit hingga saat ini. Hanya saja, perpustakaan sekolah seperti gudang menurut saya, banyaknya buku terbengkalai, rak yang berdebu, dan didominasi oleh buku-buku pelajaran. Tetapi, saya mengajak teman-teman saya untuk membaca novel secara online melalui platform lalu mereka tertarik untuk membaca di buku fisik. Sehingga setiap kami ngobrol bersama, pembahasan tak akan jauh tentang buku-buku yang dibaca setiap harinya dengan gaya bercerita yang berbeda-beda.

Semasa saya SMP, Gerakan Literasi Nasional (GLN) mulai digemakan. Pemerintah meminta sekolah untuk membuat program membaca 10 menit, pojok baca, dll. Sebuah permasalahan mulai muncul, pertanyaan saya adalah apakah guru juga menyukai membaca? Apakah guru mampu mengemakan gerakan membaca jika tidak mencontohkan sama sekali. Program membaca 10 menit, kira-kira siswa akan mendapatkan halaman? Lalu diminta untuk menceritakan secara singkat. Bagaimana mungkin, 1 bab bisa diringkas begitu saja sehingga akhirnya seperti apa? Siswa seakan-akan menghafal dan tidak mampu untuk membaca dengan baik. Selain itu, dengan program pojok baca, buku hanya sekadar pajangan. Siswa diminta untuk membawa buku, tetapi tidak ada yang mampu bertanggung jawab akan kehilangan buku. Ketika siswa kehilangan uang, semua siswa ataupun guru panik mencari pelakunya, tetapi mengapa ketika kehilangan buku, tidak ada yang panik dan terkesan mengabaikan? Ini tidak lagi tentang berapa harga satu buah buku, tapi buku adalah jendela ilmu. Bagaimana mungkin, jendela ilmu dibiarkan hilang begitu saja menyebabkan jendela itu kosong begitu saja? Sudah seharusnya, guru juga menyikapi hal tersebut dengan baik. Sudah seharusnya, kita semua mampu mempertanggung jawabkan semua buku yang ada tanpa terkecuali. Program tersebut juga tidak bertahan lama, hanya aktif maksimal satu bulanan atau malah satu minggu. Selanjutnya apa? Hanya foto, selesai lalu kirim atau biasa dikenal sebagai formalitas. Ya, program literasi sekolah kebanyakan sebagai formalitas.

Dibalik itu semua, bagaimana seharusnya sekolah dapat bersinergi bersama pemerintah dalam membagun program literasi yang baik. Jangan jadikan program literasi sekolah hanya sebagai formalitas begitu saja atau perpustakaan sebagai pajangan dan tempat peminjaman buku sekali setahun begitu saja.

Sudah seharusnya, perpustakaan juga memberikan tempat ternyaman untuk para pembaca. Ibarat sebuah rumah, jika rumah itu kotor tentu kita tidak akan nyaman. Begitupun perpustakaan, seharusnya memberikan tempat ternyaman sehingga akan banyak orang tertarik untuk datang ke sana dengan menyediakan ragam bacaan lainnya.

 

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
2 Online
100 Visitor Today
217 Visitor Yesterday
252843 All Visitor
941026 Total Hits
3.147.73.35 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00