Resensi buku berjudul : Parable

Judul Koleksi         : Parable

Penulis                  : Brian Khrisna

Penerbit                 : Mediakita

Tahun Terbit          : 2021

Cetakan                 : 1

Jumlah Halaman    : 685 halaman

ISBN                      : 978-979-794-623-4

 

Sinopsis

Parable membawa pembaca menyelami kehidupan seorang remaja biasa bernama Sadewa Sagara atau Dewa, yang hidup jauh dari gambaran karakter utama ideal dalam cerita-cerita remaja pada umumnya. Dewa bukanlah siswa populer, bukan pula anak orang kaya, tampan, atau berbakat luar biasa. Ia lahir dari keluarga miskin, memiliki wajah yang bahkan ia sendiri gambarkan mirip "petasan banting", dan selalu menempati peringkat terbawah di sekolah. Meski dunia tidak memberinya banyak keistimewaan, Dewa tetap menjalani hidupnya dengan penuh kelakar dan keteguhan hati yang luar biasa.

Sejak kecil, Dewa sudah terbiasa menghadapi kerasnya hidup. Ia membantu keluarganya dengan bekerja sebagai kuli panggul dan berdagang demi menutupi kebutuhan sekolah dan sehari-hari. Luka-luka fisik dari kecelakaan kerja menjadi saksi bisu perjuangannya. Namun kegagalan demi kegagalan tidak pernah membuat Dewa kehilangan semangat. Alih-alih larut dalam kesedihan, ia memilih untuk menertawakan pahitnya hidup, percaya bahwa alasan kecil seperti menunggu ayam krispi, menyeruput kopi hangat, atau makan mi instan saat hujan cukup untuk membuat hidup layak dijalani.

Dalam kesehariannya, Dewa bersahabat dengan Edward Cantona (Edo), sosok yang justru memiliki segalanya: ketampanan, kekayaan, dan kepandaian. Hubungan persahabatan mereka menggambarkan kontras kehidupan antara dua dunia yang berbeda, namun disatukan oleh kesetiaan dan penerimaan satu sama lain. Dewa tidak pernah merasa iri atau minder; ia sadar bahwa hidupnya mungkin bukan cerita besar, tapi ia memiliki keberanian untuk terus bertahan.

Parable tidak menawarkan cerita cinta klise, pertarungan ala remaja, atau keberhasilan luar biasa yang tiba-tiba. Sebaliknya, novel ini adalah potret tentang bagaimana kehidupan orang-orang kecil, yang sering kali terpinggirkan, tetap memiliki makna yang mendalam. Dengan humor, kegetiran, dan kesederhanaan, cerita ini menegaskan bahwa menjadi "biasa saja" pun tetap pantas untuk dirayakan. Dewa adalah perwujudan dari banyak anak muda di dunia nyata: bukan pahlawan besar, tetapi seorang pejuang sejati dalam kehidupan sehari-hari.

Biografi Penulis
Brian Khrisna adalah seorang penulis asal Bandung yang lahir pada hari Jumat, tanggal 17 Januari. Ia dikenal sebagai salah satu penulis muda berbakat yang berhasil membangun kariernya dari dunia digital sebelum akhirnya menembus dunia penerbitan nasional. Perjalanan Brian dalam dunia tulis-menulis dimulai sejak tahun 2010 melalui platform Tumblr, di mana ia berbagi cerita, puisi, dan perasaan secara online. Keinginannya untuk berbagi pengalaman emosional dan pandangan hidup melalui tulisan membawanya membangun basis pembaca yang loyal. Seiring waktu, aktivitas menulisnya di media sosial terus berkembang hingga melahirkan karya-karya yang diterbitkan secara resmi.

Lewat media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Tumblr, Brian Khrisna tidak hanya menulis puisi, tetapi juga prosa, senandika, cerita pendek, dan cerita bersambung. Ia memanfaatkan kekuatan platform digital untuk menjangkau pembaca muda yang mencari bacaan yang dekat dengan pengalaman emosional mereka sehari-hari.

Selama karier menulisnya, Brian Khrisna telah menerbitkan sejumlah buku yang mendapat sambutan positif, antara lain: Merayakan Kehilangan (kumpulan tulisan, 2016), The Book of Almost (kumpulan tulisan, 2018), This is Why I Need You (novel, 2019), Kudasai (novel, 2019), Museum of Broken Heart (kumpulan tulisan, 2020), Parable (novel, 2021). Melalui karya-karyanya, Brian sering mengangkat tema-tema tentang kesedihan, harapan, persahabatan, kehilangan, hingga perjuangan hidup, yang ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana namun menyentuh hati. Cerita-ceritanya banyak berbicara tentang manusia biasa dan kejadian-kejadian kecil yang membentuk perjalanan hidup seseorang.

Hingga kini, Brian Khrisna terus aktif berinteraksi dengan para pembacanya melalui berbagai akun media sosial seperti Instagram (@brian.khrisna), Twitter (@briankhrisna), Facebook (briankhrisnapage), Tumblr (mbeeer.tumblr.com), dan platform lainnya. Konsistensinya dalam menulis membuktikan bahwa suara anak muda Indonesia tetap kuat dan mampu menyentuh banyak hati di tengah zaman yang serba cepat ini.

Kelemahan Buku
Salah satu kelemahan yang cukup terasa adalah alur cerita yang cenderung datar. Karena fokus utama novel ini adalah kehidupan sehari-hari Sadewa Sagara yang penuh dengan rutinitas dan kesulitan, alur cerita berjalan tanpa banyak konflik besar atau klimaks yang mendebarkan. Bagi sebagian pembaca yang terbiasa dengan cerita remaja penuh dinamika, drama, atau romansa yang penuh gejolak, ritme lambat ini bisa terasa membosankan dan kurang menggugah emosi. Selain itu, pengembangan karakter selain Dewa dan Edo terasa kurang mendalam. Tokoh-tokoh lain yang muncul di sekitar mereka, seperti keluarga Dewa, teman-teman sekolah, atau orang-orang yang berinteraksi dengannya, tidak dikembangkan secara kuat. Akibatnya, interaksi Dewa dengan dunia sekitarnya kadang terasa kurang tajam dan kurang memberi bobot tambahan pada konflik atau perkembangan emosi Dewa. Ini membuat dunia yang diciptakan dalam novel terasa agak sempit dan hanya berputar di sekitar Dewa saja.

Dari sisi gaya bahasa, bahasa yang digunakan sangat ringan dan kadang terlalu santai, mengikuti gaya tutur sehari-hari anak muda. Meskipun ini membuat novel terasa akrab, di beberapa bagian, gaya bahasa ini bisa dianggap terlalu sederhana dan kurang memberikan kedalaman literasi yang mungkin diharapkan oleh pembaca yang menginginkan eksplorasi emosi yang lebih subtil dan reflektif. Terakhir, tema besar tentang perjuangan hidup dan makna bertahan hidup yang sebenarnya sangat kuat, kadang hanya disampaikan secara repetitif melalui humor-humor receh Dewa. Meskipun ini membuat ceritanya terasa ringan, dalam beberapa bagian, pembaca mungkin merasa bahwa potensi untuk menggali makna hidup yang lebih dalam tidak sepenuhnya dimanfaatkan, sehingga momen-momen emosional besar yang seharusnya menggugah terasa kurang menggigit.

Kelebihan buku
Salah satu kelebihan utama dari Parable adalah keberanian Brian Khrisna untuk menyajikan kisah yang sangat realistis dan membumi tentang kehidupan remaja, jauh dari stereotip tokoh utama yang sempurna. Tokoh Sadewa Sagara (Dewa) tampil sebagai sosok yang sangat manusiawi: penuh kekurangan, berjuang menghadapi kerasnya hidup, namun tetap mampu menemukan kebahagiaan sederhana di tengah segala keterbatasannya. Karakter seperti ini jarang ditemui dalam novel remaja populer, sehingga Parable terasa sangat segar dan relevan bagi pembaca yang menginginkan cerita yang lebih dekat dengan kenyataan.

Selain itu, gaya penceritaan Brian Khrisna yang ringan, mengalir, dan penuh humor menjadi kekuatan besar novel ini. Dengan pilihan kata-kata sederhana, bahasa sehari-hari, dan sentuhan komedi yang pas, Brian berhasil membawa pembaca masuk ke dalam dunia Dewa tanpa kesan menggurui atau berlebihan. Ini membuat pesan-pesan penting tentang perjuangan hidup, penerimaan diri, dan ketangguhan menjadi terasa natural dan mudah dicerna oleh berbagai kalangan, terutama generasi muda yang menjadi target utama novel ini.

Dari segi tema, Parable juga unggul dalam menghadirkan filosofi hidup melalui hal-hal kecil. Buku ini mengajarkan bahwa alasan untuk bertahan hidup tidak selalu harus besar dan heroik—kadang, menikmati ayam krispi, secangkir kopi, atau mi instan saat hujan pun sudah cukup menjadi sumber kekuatan. Pesan ini membumi, sederhana, namun sangat mengena, dan memberikan pembaca pelajaran penting tentang rasa syukur, ketahanan, dan bagaimana tetap menemukan makna hidup dalam kondisi sesulit apa pun.

Terakhir, hubungan antara Dewa dan Edo menjadi contoh yang kuat tentang persahabatan yang tulus dan menerima perbedaan. Meskipun latar belakang mereka bertolak belakang—Dewa yang kekurangan dan Edo yang serba berlebihan—hubungan mereka tetap solid tanpa rasa iri atau dendam. Ini mengajarkan kepada pembaca bahwa hubungan manusia yang sejati tidak dibangun atas dasar status atau pencapaian, melainkan penerimaan dan dukungan satu sama lain. Melalui semua kelebihannya ini, Parable berhasil menjadi sebuah novel yang tidak hanya menghibur, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam dalam hati pembacanya.

Kesimpulan
Parable adalah sebuah novel yang menawarkan perspektif segar tentang kehidupan remaja yang jarang diangkat dalam cerita-cerita populer. Melalui tokoh Sadewa Sagara (Dewa), Brian Khrisna mengajak pembaca untuk menengok realitas yang lebih membumi—bahwa tidak semua orang adalah pemenang dalam hidup, tidak semua orang memiliki kisah luar biasa, dan tidak semua perjuangan berakhir dengan kemenangan besar. Namun, justru dalam kesederhanaan itulah makna hidup yang sejati bisa ditemukan.

Novel ini dengan sangat efektif menggambarkan bahwa kekuatan sejati manusia bukanlah dari status, kecantikan, atau keberhasilan besar, melainkan dari kemampuan untuk bertahan hidup, menghargai kebahagiaan kecil, dan tetap tersenyum meskipun hidup penuh tantangan. Sadewa mengajarkan bahwa alasan untuk terus melangkah tidak harus megah—cukup dengan harapan sederhana seperti menikmati kopi, ayam krispi, atau mi instan di hari hujan sudah bisa menjadi penyemangat untuk terus bertahan.

Parable juga memperlihatkan pentingnya persahabatan sejati dan penerimaan diri. Hubungan antara Dewa dan Edo memperkaya cerita, menunjukkan bahwa persahabatan yang tulus tidak memandang latar belakang sosial atau fisik. Selain itu, gaya bahasa yang ringan dan penuh humor membuat novel ini tidak terasa berat meskipun membicarakan tema kehidupan yang keras dan kadang getir.

Melalui Parable, Brian Khrisna sukses menyampaikan pesan universal: bahwa menjadi orang biasa bukan berarti kalah dalam hidup. Cerita ini adalah perayaan atas keberanian untuk tetap hidup, tertawa, dan mencintai diri sendiri dalam keadaan apa pun. Dengan demikian, Parable bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi cermin bagi banyak pembaca tentang bagaimana menemukan makna dalam keseharian yang sederhana namun berharga.

Saran
Sebagai karya yang kuat dalam menyuarakan kehidupan sederhana dan perjuangan remaja biasa, Parable sudah memiliki fondasi cerita yang sangat baik. Namun, untuk penyempurnaan di masa depan, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan. Salah satunya adalah memperkaya pengembangan karakter pendukung di sekitar Sadewa, seperti keluarga, teman sekolah, atau lingkungan sosial yang lebih luas. Memperdalam interaksi dan latar belakang tokoh-tokoh lain akan membuat dunia cerita terasa lebih hidup dan menambah kedalaman pada perjalanan emosional Dewa. Selain itu, memperkenalkan konflik eksternal yang lebih menantang atau variasi dalam dinamika cerita bisa membantu menjaga ritme novel agar tetap dinamis dan tidak terasa datar bagi sebagian pembaca. Dari segi bahasa, walaupun gaya santai dan humoris menjadi kekuatan, ada baiknya sesekali memperkaya dengan narasi yang lebih reflektif atau puitis agar emosi yang tersirat dalam perjuangan Dewa bisa lebih mengena. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, ke depan, Brian Khrisna bisa menghasilkan karya-karya yang tidak hanya menghibur dan relatable, tetapi juga lebih mendalam secara emosional dan literer.

Rekomendasi
Buku Parable sangat direkomendasikan untuk para remaja dan dewasa muda yang sedang mencari bacaan yang lebih realistis, membumi, dan penuh makna tentang perjuangan hidup sehari-hari. Novel ini cocok bagi mereka yang sering merasa "biasa saja" dalam hidupnya—yang tidak selalu menjadi pusat perhatian, tidak memiliki keistimewaan mencolok, namun tetap berjuang dengan tulus dan penuh semangat. Selain itu, Parable juga layak dibaca oleh siapa saja yang membutuhkan dorongan untuk tetap bertahan di tengah kerasnya kehidupan, khususnya pembaca yang mencari cerita yang sederhana namun menyentuh hati. Guru, pendidik, dan orang tua juga dapat merekomendasikan buku ini kepada siswa atau anak-anak mereka untuk menanamkan nilai tentang ketangguhan, keikhlasan, dan pentingnya menghargai hal-hal kecil dalam hidup. Dengan gaya bahasa yang ringan, humoris, dan penuh pelajaran hidup, Parable adalah bacaan yang mampu menginspirasi siapa pun untuk memandang hidup dengan lebih sederhana namun penuh syukur.

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
12 Online
127 Visitor Today
1026 Visitor Yesterday
352662 All Visitor
1208635 Total Hits
18.97.14.84 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00