Remaja di Era Literasi Digital oleh Fazatil Husainah Fauzi El Muhammady/Duta Baca Provinsi Sumatra Barat 2022-2025 ig. @dera-Shujan

Memasuki abad ke 21, perkembangan teknologi seolah menjamur memenuhi seluruh aspek kehidupan. Teknologi memberi ruang kepada masyarakat akan kemudahan yang sukar didapatkan oleh masyarakat terdahulu.

Namun, hal tersebut tak berarti melepaskan perkembangan teknologi dari pengaruh negatif. Kemudahan yang ditawarkan kecanggihan teknologi tetap memberikan dampak buruk bila masyarakat tidak memiliki antisipasi yang matang dalam menghadapinya. Contoh, maraknya kasus pornografi yang dengan mudah diakses di internet, ataupun kasus cyber bullying yang kerap menimpa kalangan papan atas maupun pelajar.

Perkembangan teknologi juga memberi dampak buruk akan kesehatan mental. Penggunaan internet secara gamblang dapat memicu stres yang berkelanjutan. Tiap individu cenderung menginginkan gaya kehidupan yang didapatinya di internet, sehingga merasa minder dengan kehidupannya saat ini. Contohnya ketika seseorang melihat orang lain membeli tas brandid di media sosial, kemudian membandingkan dengan tasnya yang hanya dibeli di pasar. Perbandingan ini yang memunculkan perasaan kecil hati sehingga menguras kepercayaan diri akan barang-barang yang digunakan saat ini. Contoh lainnya, ketika seseorang terlalu banyak mengakses informasi negatif yang mengakibatkannya melibatkan pikiran akan hal-hal tidak terlalu penting, semisal propaganda ataupun sensasi sejumlah selebriti.

Melihat dampak yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi, sebagai masyarakat bijak menjadi kewajiban untuk memilah setiap informasi yang didapat. Masyarakat harus bisa membedakan antara yang baik dan buruk perihal penggunaan teknologi. Oleh sebab itu, istilah literasi digital menjadi persoalan yang tengah dieluhkan saat ini. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Paul Gilster (1992) sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Hal ini bermakna terhadap pentingnya sikap seseorang yang memang memusatkan kegiatan digital sebagai sesuatu yang bermanfaat. Misalnya sebagai seorang pelajar, siswa menggunakan aplikasi YouTube maupun Google untuk mencari informasi tambahan terkait materi di sekolah. Contoh lainnya, bagi seorang juru masak bisa mencari ide resep terbaru melalui unggahan di Instagram ataupun Facebook.

Di sisi lain keberadaan literasi digital tak hanya mengarahkan masyarakat untuk lebih cerdas dalam menghadapi perkembangan teknologi, namun juga memberi ruang kehidupan lebih baik di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan prisip literasi digital yang mengutamakan akan pemanfaatan teknologi secara benar. Melalui literasi digital masyarakat dapat mengambangkan hal-hal positif yang menguntungkan diri. Satu diantaranya ialah sebagai wadah menyalurkan kreativitas.

Menyalurkan kreativitas merupakan hal yang digandrungi hampir seluruh kalangan, terutama remaja. Memiliki istilah sebagai masa peralihan, masa remaja cenderung dipenuhi oleh banyak ide juga gagasan yang memiliki nilai kreativas tinggi. Tiap remaja memiliki keunikan akan ide dan gagasan yang dimilikinya. Sehingga bukan persoalan biasa jika masa remaja sering disebut sebagai masa emas, yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin.

Dalam menyalurkan kreativitas di lingkup literasi digital, remaja memiliki kebebasan berkarya dengan syarat karya  tersebut tidak menyinggung sesuatu yang merugikan pihak lain. Contoh yaitu karya yang dapat disalurkan oleh remaja ialah video sinematik.

Remaja dapat menyalurkan seluruh ide dan gagasannya dengan membuat sejumlah video yang mampu mendukung adanya pemikiran tersebut. Remaja bahkan bisa menjabarkan apa yang menjadi pemikirannya, kemudian membagikannya kepada khalayak umum melalui sejumlah aplikasi masa kini. Sebagai contoh, seorang remaja yang memiliki ketertarikan akan dunia seni lukis. Ia ingin membagikan sebagian ilmu yang dimilikinya, lalu membuat video yang menjelaskan ilmu dasar dalam mulukis. Di dalam video tersebut, remaja dapat pula mencantumkan peralatan lukis yang diperlukan, sehingga mempermudah khalayak umum untuk belajar melukis. Contoh lainnya bagi remaja yang memiliki kecintaan terhadap dunia membaca bisa membuat video review buku menarik, yang mencakup sepenggal isi buku beserta kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

Selain membuat video sinematik, remaja dapat pula membagi ide dan gagasan mereka dengan mengunggah postingan di laman media sosial. Postingan tersebut memuat segala sesuatu yang dapat mencakup kesenian, literasi, resep makanan ataupun tips gaya hidup sehat ala remaja. Dalam unggahan yang dimuat remaja bisa menambahkan sedikit penjelasan di kolom komentar ataupun caption terkait hal yang diunggah.

Menyalurkan bakat melalui literasi digital tidak hanya sekedar menyenangkan, namun juga menguntungkan. Jika biasanya mencari uang identik dengan pergi ke kantor ataupun mengerahkan fisik seperti kuli bangunan, maka di era digital uang bisa didapat dengan hanya berdiam diri di rumah. Seorang remaja bisa memperoleh uang dengan video sinematik yang dibuatnya, ataupun unggahan di laman Instagram. Semakin banyak orang yang tertarik, keuntungan yang didapat pun semakin banyak. Misal, seorang remaja yang berprofesi sebagai youtuber. Dalam profesi yang digandrungi tersebut, remaja bisa menghasilkan penghasilan melebihi pekerja kantoran. Setiap video yang diunggah dan ditonton memiliki nilai keuntungan, yang dinilai dari seberapa banyak khalayak umum yang menonton. Seorang youtuber yang telah memiliki penggemar dalam jumlah banyak, biasanya akan direkrut brand tertentu untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Hal ini tentunya memberi keuntungan tambahan bagi remaja di luar profesinya sebagai seorang youtuber.

Keuntungan semacam ini, tak hanya terjadi pada seorang youtuber. Seorang influencer, selebgram bahkan penulis sekalipun dapat merasakan hal serupa. Hingga saat ini ada banyak sekali aplikasi yang menawarkan tempat bagi penulis untuk membagi kisahnya yang kemudian dikenal banyak orang. Melalui karya tulis tersebut seorang remaja dapat menuangkan apa yang dirasakanya yang mungkin saja dirasakan hampir seluruh kalangan. Sehingga tanpa diketahui orang lain dapat terbantu oleh karya yang ditulis tersebut untuk hidup lebih baik lagi ke depannya.

Meski demikan, satu dal yang mesti dipahami adalah  beragam profesi tersebut harus memiliki ide, gagasan dan kreativitas baru setiap harinya. Remaja mesti memiliki cara untuk memadukan antara trend kekinian dengan daya pikir yang dimiliki. Ketika antara trend dan daya pikir bertemu, bukan tidak mungkin bagi seorang remaja berkarya dan mendapat keuntungan atas karyanya.

Keberadaan literasi digital tak hanya memepengaruhi kepentingan remaja dalam menyalurkan kreativitasnya, namun juga berperan penting terhadap perkembangan ragam kegiatan literasi. Ragam kegiatan ini mencakup seluruh aspek literasi seperti taman baca, sanggar sastra, gerakan literasi sekolah, perpustakaan digital, dan lainnya.

Perkembangan kegiatan literasi berangkat dari cara penyelenggaraannya yang sekarang terlihat lebih praktis. Misalnya perihal perpustakaan digital. Dahulu sebelum perpustakaan digital muncul, baik siswa maupun siswi harus mendatangi langsung perpustakaan hanya untuk sekedar mencari buku yang dimaksud. Namun melalui perpustakaan digital siswa/siswi hanya perlu mendatangi situs perpustakaan, kemudian mengetik judul buku yang dimaksud yang akan disajikan dalam bentuk e-book. Kehadiran perpustakaan digital juga sebagai wuhud rerciptanya taman baca digital, yang mempermudah remaja untuk lebih dekat dan cinta dengan dunia membaca.

Kemudahan lain yang ditawarkan adalah remaja yang dapat memanfaatkan kecangihan teknologi berupa komputer, laptop maupun smartphone untuk pengembangan gerakan literasi sekolah. Gerakan literasi sekolah pertama kali digagas Kemendikbud pada tahun 2015. Adanya gerakan ini ditujukan guna menciptakan sumber daya manusia yang kritis, analistis, serta reflektif. Dalam penyelenggaraannya hal pertama yang dilakukan adalah membaca buku non pelajaran selama lima belas menit pertama. Kegiatan ini ditujukan agar siswa/siswi memiliki pengetahuan di luar pengetahuan buku pelajaran.

Selain kegiatan membaca 15 menit sebelum belajar, remaja juga dikenalkan dengan literasi digital. Melalui literasi digital, mereka bisa menggunakan perangkat cerdas semacam laptop untuk mengakses aplikasi tertentu, guna  mencari informasi lebih dalam perihal materi yang didapat dari buku non pelajaran. Pencarian informasi ini merupakan bagian dari literasi digital, yang melatih remaja untuk bijak dan kritis akan penggunaan Internet. Pencarian infomasi yang dilakukan seorang remaja pada akhirnya menjadi produktif sehingga dapat membantu untuk lebih mengenal jauh perihal dunia literasi.

Contohnya ketika selama 15 menit pertama seorang remaja berhasil membaca sebanyak 3 lembar. Dalam 3 lembar tersebut materi yang dimuat adalah awal mula terjadinya penjajahan di tanah air. Namun, masih belum tertera alasan utama di balik penjajahan tersebut. Kekurangan inilah yang dapat dimanfaatkan remaja untuk mencari tahu lebih perkara alasan utama tersebut dalam literasi digital. Berbagai macam situs yang tertera akan membantu remaja menjawab pertanyaan. Tidak hanya satu, namun sekian banyak penjelasan dari sudut pandang berbeda. Meski demikan remaja tetap harus berhati-hati agar tidak salah dalam menanggapi informasi sehingga terjebak oleh informasi gadungan atau hoax.

Perkembangan teknologi di satu sisi memang memberi dampak buruk bagi masyarakat. Dengan kemudahan yang ditawarkan memberi akses bagi masyarakat untuk bertindak semena-mena, tanpa memikirkan baik buruknya dampak yang dihasilkan dari tindakan tersebut. Beragam kasus kriminal yang terjadi tak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar berangkat dari penggunaan teknologi yang secara gamblang. Kasus pemerkosaan, pembunuhan, pem-bully-an dapat terjadi dalam jangka waktu yang sangat cepat.

Meski demikian, perkembangan teknologi juga memiliki sisi positif yang menguntungkan. Salah satu dari dampak postif yang dihasilkan ialah literasi digital. Keberadaan literasi digital inilah yang memberi ruang keuntungan, terutama bagi remaja untuk bekreativitas sebebasnya. Remaja dapat menuangkan perihal apapun yang menjadi ide dan gagasannya sehingga mendapat keuntungan yang melebihi pekerja kantoran pada umumnya.

Oleh sebab itu, keberadaan literasi digital memberi wadah baru bagi bangsa untuk mencetak generasi produktif selanjutnya. Dengan hadirnya wadah baru tersebut diharapkan dapat membantu Indonesia dalam menciptakan bangsa yang adil, makmur dan sejahtera.

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
37 Online
315 Visitor Today
672 Visitor Yesterday
312920 All Visitor
1107625 Total Hits
3.145.84.16 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00