Ibdak bi Nafsik untuk Literasi Berdaya Ditulis oleh Bustin (Forum Lingkar Pena Sumatera Barat) IG : @bustin_buu

Mendengar kata literasi, saya selalu terbayang buku-buku, toko buku, dan perpustakaan. Dulu begitu. Belum dikatakan kegiatan literasi jika belum baca buku. Belum disebut sadar literasi kalau belum pernah menamatkan belasan bahkan puluhan buku. Belum disebut pegiat literasi kalau belum punya perpustakaan pribadi atau setidaknya menulis satu buku tunggal, atau tulisan sering dimuat di media. Bila hendak memberdayakan literasi di kalangan anak-anak, maka mereka harus diajarkan pandai baca buku sedini mungkin. Sekolah-sekolah harus mengadakan pemilihan duta baca, ditambah menulis buku bersama siswa dan guru, diterbitkan dan bisa dimiliki siswa. Soal-soal ujian sekolah juga harus dirancang sedemikian rupa dengan tujuan untuk menambahkan unsur literasi. Perpustakaan harus selalu ramai. Harus dilengkapi dengan berbagai buku menarik.

Mendengar kabar bahwa literasi masyarakat  Indonesia rendah dan minat baca masyarakat Sumatera Barat menurun, bukti sederhana yang saya tangkap untuk mengamini kabar tersebut ialah suguhan pemandangan dari kaum remaja, pemuda, anak-anak, orang dewasa, bahkan orangtua saat ini. Tangan mereka lebih ringan untuk memegang gawai dan jari mereka lebih lihai menyentuh layarnya dibandingkan memegang buku dan membolak-balikkan helai demi helainya. Bukti lainnya ialah perpustakaan yang sepi dan toko buku yang lengang pembeli.

Literasi memang erat kaitannya dengan membaca. Namun, nyatanya literasi bukan hanya sebatas membaca buku. Menurut UNESCO, literasi itu seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Definisi ini terangkum juga dalam falsafah Minangkabau, Alam takambang jadi guru. Untuk meningkatkan kemampuan literasi tak hanya membaca buku, tetapi juga alam, makhluk lainnya, tumbuhan, tingkah manusia dan lain-lain. Contoh sederhananya, untuk meningkatkan literasi siswa kelas I Sekolah Dasar tentang bagaimana kupu-kupu terbang, tak hanya dengan cara kita menyodorkan buku bergambar kupu-kupu, lalu memintanya untuk membaca penjelasan di buku tersebut. Kita bisa juga mengajarkannya dengan mengajak ke taman untuk membaca tingkah kupu-kupu secara langsung.

Pada abad 21 dan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 ini literasi bukan lagi hanya soal membaca, menulis dan berhitung. Literasi lebih lengkap dan lebih kompleks, yaitu implementasi terhadap literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Ketika kemampuan literasi di suatu daerah rendah, bukan berarti disebabkan karena masyarakat tidak suka membaca. Ketika masyarakat suka membaca, bukan berarti langsung berdampak terhadap tingginya literasi masyarakat di mata dunia.

Sebut saja misalnya saat ini bacaan mudah diakses secara online. Ada jurnal-jurnal tersedia secara online. Ada e-book. Ada novel-novel romantis di aplikasi online. Ada konten-konten berupa quote, video singkat dan lain-lain tersebar di sosial media. Semuanya adalah bacaan. Bacaan ini pun lebih menarik, sampai-sampai pembacanya tak mengenal tempat. Di mana-mana sibuk membaca lewat layar gawai masing-masing. Namun, yang jadi pertanyaan ialah seberapa berfaedahnya bacaan-bacaan yang dibaca itu. Seberapa besar dampaknya untuk meningkatkan kemampuan literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Pertimbangan ini harus menjadi perhatian dalam memilih bacaan.

Jika kita benar ingin menggerakkan literasi, maka memahamkan diri kita tentang apa yang dikatakan literasi itu sendiri adalah langkah awalnya. Agar kita tak terjebak dalam pemahaman kita yang sempit. Sehingga langkah kita menjadi singkat dan terbatas dalam ruangan yang kita batasi sendiri. Dengan pemahaman yang luas kita bisa memperluas kesempatan dan peran untuk mewujudkan keberdayaan literasi masyarakat.

Kita tentu ingin masyarakat Sumatera Barat ini literasinya tinggi. Karena literasi itu penting. Literasi masyarakat akan berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran masyarakat itu sendiri. Hal yang tidak terbantahkan yang sebenarnya bisa menjadi petunjuk bagi kita, terutama muslim/muslimah, tentang pentingnya literasi ialah kalam Ilahi. Bukankah ayat  Alquran yang pertama turun ialah perintah membaca? Iqra’! : Bacalah! Membaca yang tersurat, juga yang tersirat. Membaca tulisan, juga membaca alam. Membaca yang berfaedah, bukan yang asal-asalan.

Kita tentu mengharapkan peningkatan literasi masyarakat segera terwujud. Di sisi lain, kita tidak mungkin memaksa orang lain untuk secepatnya peduli literasi. Kita punya keterbatasan untuk bisa mengubah banyak orang. Ibarat kita ingin semua orang di muka bumi ini berwarna hijau. Akan sangat mustahil bila kita mengecat semua orang di bumi ini dengan cat hijau.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Saya teringat sepotong lirik lagu qasidah yang sering diputar ayah saya di masa saya masih kanak-kanak dahulu, ibdak bi nafsik : Mulailah dari dirimu sendiri. Telah banyak orang yang melakukan trik ini. Termasuk salah satu agen perubahan yang paling berpengaruh. Yaitu suri taudan kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita mustahil mengecat semua orang dengan cat hijau, tetapi kita bisa memulai dengan menggunakan kacamata hijau. Kita memang punya keterbatasan untuk meningkatkan literasi semua orang, tetapi kita bisa mulai dengan meningkatkan literasi diri kita sendiri.

Allah sudah anugerahi masing-masing kita bekal panca indra, akal dan perasaan, serta alam raya ini. Setelah memahami apa itu literasi, mari tengok ke dalam diri. Sudahkah kita berupaya memperkaya wawasan literasi kita sendiri? Sudah adakah kita gunakan apa yang kita punya, yang kita kuasai, atau yang kita sanggupi untuk memajukan kemampuan literasi kita? Di mana posisi kita saat orang-orang berinovasi dengan teknologi? Sudah mampukah kita ikut bersuara saat orang berbincang tentang data dan fakta dunia? Sudah maksimalkah kita menjalin komunikasi dan menggali segala potensi dan skill kita ?

Setelahnya kita bisa meningkatkan literasi menggunakan posisi kita di keluarga. Mulailah membelikan buku untuk koleksi di rumah. Sebagai kakak, ajaklah adik kita ke perpustakaan, membaca di taman, bereksperimen, dan berinteraksi dengan orang. Sebagai orang tua, sebelum anak-anak tidur bisa mengajak anak berdiskusi ringan tentang berbagai hal, memberi informasi, atau bercerita.

Selanjutnya, kita bisa meningkatkan literasi menggunakan posisi kita di masyarakat. Contohnya,  bila kita RT/RW, bisa mengajak pegiat literasi di lingkungannya untuk bersama-sama bergerak memberikan edukasi literasi kepada masyarakat. Termasuk menyediakan buku bacaan yang menarik dan bernas. Bersama-sama mengelola taman baca atau taman belajar di lingkungan mereka.

Sebagai kepala sekolah bisa menyusun program-program yang dapat menunjang tingkat literasi siswa/siswi. Begitu pula dengan rektor di kampus, bisa menerapkan aturan-aturan untuk mahasiswa/mahasiswi untuk meningkatkan literasi mereka, seperti menentukan bacaan wajib dan konsisten mengevaluasinya. Begitu pula dengan posisi lainnya, seperti : pejabat, pustakawan, dosen, artis, pegiat literasi dan lain-lsin silakan bergerak sesuai kapasitas masing-masing.

Jika kita ingin meningkatkan literasi di Sumatera Barat, mulailah dengan meningkat literasi kita terlebih dahulu, kemudian bergerak perlahan ke keluarga, kerabat, masyarakat sesuai kapasitas kita. Tidak harus hal-hal besar, kita mulai dari hal-hal kecil, yang terpenting kita ikut berkontribusi. Semoga ke depannya dalam kehidupan ini kita tak melulu menjadi penonton dan konsumen, tetapi juga bisa menjadi aktor dan produsen. Salam literasi!

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
20 Online
301 Visitor Today
672 Visitor Yesterday
312906 All Visitor
1107600 Total Hits
3.149.25.162 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00