AKU TAK SUKA MEMBACA: BENARKAH? ditulis oleh (Wulandari H - Sakasurat) ig . wulanndarih
"Mandeh, kalau Lan baru mau mulai baca buku sekarang, udah terlambat, gak, Ndeh?"
Pertanyaan di atas masih segar tersimpan di kepalaku. Aku bukanlah seseorang yang memiliki kebiasaan membaca buku sejak kecil. Meskipun begitu, sejak dulu aku sangat suka menganalisis apa pun yang ada di sekitarku. Hingga akhirnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang pandai berbicara, kritis, dan sangat percaya diri. Aku takjub. Kenapa mereka bisa begitu? Setelah kuanalisis dan kutilik lagi, ternyata mereka memiliki hobi yang sama, yakni suka membaca buku. Sudah berapa banyak buku yang mereka lahap?
Kendati demikian, membentuk sebuah kebiasaan baru tentu saja tak mudah. Seperti kata James Clear dalam bukunya Atomic Habits, bahwa sebuah kebiasaan bersifat autopilot--melekat dengan kuat di dalam diri. Orang-orang yang punya kebiasaan buruk, atau kurang produktif, tanpa dia ingin berlaku demikian pun, ia akan terus menerus melakukan hal serupa. Maka beruntunglah orang-orang yang punya kebiasaan baik sedari kecil. Mereka melakukan hal-hal produktif, barangkali bisa dibilang tanpa usaha keras, karena hal produktif yang ia lakukan sudah otomatis diperintahkan oleh otak mereka.
Aku sempat merasa iri dengan orang-orang yang sudah menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan dari kecil. Namun, meski sulit, ternyata kebiasaan sangat bisa diubah. Asalkan kita memiliki tekad yang bulat.
Berkali-kali aku mencoba membiasakan membaca, berkali-kali juga aku gagal. Namun, aku beruntung karena berada di sekeliling orang-orang yang suka membaca. Salah satunya Mandeh, dosenku semasa aku kuliah dulu. Waktu itu, aku sempat tinggal beberapa bulan dirumahnya.
Di rumah, Mandeh punya semacam perpustakaan mini. Hampir setiap hari aku seakan digoda dan dipanggil oleh buku-buku itu, belum lagi aku sering melihat pemandangan penghuni rumah Mandeh lainnya yang suka membaca. Bagaimana aku tak akan tergelitik? Hingga akhirnya, pertanyaanku di awal tadi terlontar begitu saja dari mulutku.
Dan kamu tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini? Barangkali kalau Mandeh melihat apa yang kulakukan sekarang, beliau akan menertawakanku. Aku yang dulu sama sekali tak suka membaca, sekarang malah menjadi orang yang ingin mengajak orang-orang di sekitarku juga merasakan apa yang kurasakan. Bahwa membaca buku, sangat menyenangkan. Ada kepuasan yang luar biasa muncul setiap aku selesai membaca buku. Barangkali, teman-teman yang saat ini belum suka membaca, bukan karena mereka benar-benar tak menyukainya. Hanya saja, mereka masih belum menemukan dan merasakan betapa menyenangkannya membaca buku.
Ceritaku tadi, ternyata juga relate dengan apa yang dibilang oleh James Clear. Bahwa untuk membangun sebuah kebiasaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah temukan pemicu yang akan membuat kita memulai kebiasaan itu. Beradalah di sekitar buku, para pembaca buku, lalu tanpa disadari akan ada peluang bagi kita untuk tergelitik memulainya. Tak bisa dipungkiri, bahwa kebiasaan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kemudian, jadikan kebiasaan itu sebagai identitas diri kita. Semakin kita jadikan ia identitas, semakin erat kita dengan kebiasaan itu. Seperti aku sekarang yang menjadikan 'pembaca buku dan pegiat literasi' sebagai salah satu identitasku.
Hal serupa, ternyata juga kutemukan di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Kurasa, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat begitu lihai melihat peluang dalam menciptakan kebiasaan membaca. Kenapa? Melalui kegiatan inklusi sosial, teman-temanku yang awalnya sama sekali tak suka membaca buku, serta tak pernah berniat untuk membaca pada awal pertemuan. Namun, begitu mereka sering ke perpustakaan dan selalu berhadapan dengan buku, serta berjumpa dengan teman-teman lain yang suka bercerita tentang buku yang mereka baca, sekarang teman-temanku pun mulai tertarik untuk membaca buku juga.
Berdasarkan ceritaku tadi,, salah satu cara paling mudah dan ampuh yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan minat membaca orang-orang yang belum menjadikan membaca sebagai salah satu kebiasaan, yakni dengan mempertemukan mereka pada pemicu-pemicu yang sama.
Cara ini sangat sederhana, namun berdampak nyata. Salah satu pemicu yang sedang kuupayakan saat ini adalah dengan membagikan reviu buku yang kubaca melalui media sosial pribadiku. Satu kali dua kali membaca reviuku yang tak sengaja lewat di timeline instagram mereka, mungkin masih belum mempengaruhi, tapi begitu mereka sering berjumpa dengan postinganku tentang buku, satu persatu dari mereka ada yang mulai tergelitik dan merespons, "Ih, Lan, kayaknya menarik. Aku jadi ingin membacanya."
Oleh sebab itu, kepada teman-teman yang saat ini sudah suka membaca, yuk, kita sebarkan pemicu-pemicu lain, agar mereka mudah menemukan 'cue' atau petunjuk-petunjuk yang akan mengantarkan mereka untuk memulai membaca. Mari kita ciptakan lingkungan produktif dan suka membaca di manapun berada. Bukan hanya sekadar di circle yang sama dan itu-itu saja. Mari kita sentuh mereka yang saat ini sama sekali belum melek dengan betapa pentingnya membaca buku.
Kepada para orang tua dan calon orang tua, mari kita buat anak-anak kita beruntung karena sudah suka dan terbiasa membaca sedari kecil.
Kepada Mandeh, kini pertanyaanku di awal sudah terjawab, Ndeh. Bahwa ternyata ini bukan soal terlambat, tapi tentang mau memulai atau tidak
Statistik Pengunjung
317 Visitor Today
672 Visitor Yesterday
312922 All Visitor
1107630 Total Hits
18.222.106.205 Your IP address
Contact Us
Alamat :
Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)
Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00