MENYALAKAN TUNGKU YANG BASAH Ditulis Oleh Tifan Perdana, A.Md Dari Rumah Pintar Kreatif Ampang ig. tifanperdana
Orang Minang adalah orang orang yang bangga dengan kisah kejayaan masa lampau, cerita tentang orang orang hebat yang lahir dari tanah Minang, seperti Buya Hamka, Haji Agus Salim, dan Muhammad Hatta serta banyak toko hebat lainnya. Cerita ini terus diulang ulang, di kenang kenang, diurai dipanjang panjangkan,Tamadun masa lampau yang sungguh membanggakan.
Begitupun dengan saya, sejak kecil saya adalah orang yang selalu mendapat asupan cerita baik dari guru disekolah atau pun ayah ibu dirumah, tentang betapa hebatnya para tokoh minang masa lalu dalam memperjuangkan kemerdekaan , hingga nama mereka di elu elukan, di banggakan, hingga setiap anak anak Minang selalu mendapatkan pesan yang sama agar menjadikan semua tokoh itu sebagai contoh panutan.
Perlahan saya dan anak anak yang lainnya tumbuh dalam sebuah bayangan kegemilangan masa lampau, tetapi begitu sibuk menjadi generasi penghayal dan rentan galau hingga tak ingat dengan kenyataan, tungku telah basah tak pernah dijaga agar apinya tetap menyala. Cita cita dan semangat itu mulai memudar dan perlahan generasi muda minagkabau mulai kehilangan arah.
Jika melihat kembali kemasa lampau para generasi terbaik Minangkabau seperti Hamka dan Hatta adalah contoh dari sekian tokoh Minang terbaik yang mempunyai kebiasan yang membuat mereka unggul dari segi keilmuan dan unggul dalam hal agama. Mereka semua adalah generasi yang lahir dari surau, tetapi bukan sekedar untuk ibadah, lebih dari itu surau menjadi pusat literasi generasi muda saat itu. Di surau, terjadi sebuah proses pembentukan karakter generasi, para Buya yang mendidik mereka mengajarkan tauhid dan diiringi dengan berbagai macam ilmu lainnya, seperti semangat untuk mencintai tanah air, etika dan moral yang baik.
kebiasaan membaca juga merupakan salah satu penyebab mereka memiliki berbagai referensi keilmuan, bahkan H Agus Salim di kenal sebagai Tokoh Terbaik indonesia yang memiliki keahlian menguasai banyak bahasa asing, Sehingga dengan suara beliau mampu mengguncang panggung Internasional. Hamka sejak kecil terbiasa membaca buku di perpustakaan milik ayahnya, sehingga memberikan pengaruh besar kepada karakter dan pemikiranya. Hatta bahkan tidak mau dipisahkan dari buku buku kesayangannya meskipun di penjara , dimanapun ia akan tetap bersama buku buku kesayangannya.
Lalu jika kita bandingkan hari ini, generasi muda minang seperti kehilangan jati diri, bahkan termasuk saya sendiri, banyak yang mengatakan hal ini disebabkan karena semakin beratnya tantangan moderenisasi, perkembangan teknologi. Padahal sebenarnya jika teknologi itu bisa dijalankan dengan baik malah akan semakin mempermudah seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi. Maka alasan yang paling tepat adalah, karena kita para generasi muda tidak memiliki motivasi perjuangan seperti yang dimiliki oleh para pendahulu kita.
Dulu, semua generasi muda memiliki sebuah misi, bagaimana caranya agar Negri ini bebas dari penjajahan, kondisi lingkungan yang begitu sulit dan dalam situasi perang membuat mereka bergerak dan berjuang untuk mengupayakan cita cita kemerdekaan itu. Bagi yang memiliki tenaga yang kuat akan terjun dalam kancah peperangan, sedangkan yang memiliki otak yang cerdas akan menjadikan kepintaran mereka sebagai cara untuk menemukan jalan menuju kemerdekaan, dan terbukti banyak para generasi Minangkabau yang menjadi para pemikir dalam merumuskan dasar dasar bangsa indonesia.
Lalu sekarang masalahnya adalah motivasi apa yang membuat kita bangkit dari tidur nyenyak ini, ketika masa perjuangan merebut bangsa itu telah lama berlalu. Tetapi ketika kita berrfikir bahwa saat ini adalah waktunya kita menikmati kemerdekaan , maka saat itu pulalah kita telah masuk kedalam sebuah lubang yang membuat kita hari ini terlena dan terlelap dalam dunia hayalan. Padahal sebenarnya kita sedang memikul tanggung jawab atas apa yang telah di perjuangkan oleh pedahulu kita di masa lalu. Ibarat sebuah tungku, para pendahulu kita telah menyalakan sebuah tungku , tungku perjuangan, nyala api semangat yang berkobar, maka kita sebagai pelanjut perjuangan yang bertugas menjaga nyala api di tungku perjuangan itu agar terus menyala,tapi sayang tungku itu telah padam , basah karena tak ada yang menjaga.
Lalu jika kita tanya , apakah kita sudah terlambat untuk memulai, apakah kta tidak bisa menemukan masa masa terbaik itu lagi, rasanya menyesali sesuatu yang telah terjadi adalah hal yang sia sia. Mungkin kita memang terlambat mempersiapkan diri kita menjadi seperti apa yang dilakukan oleh pendahulu kita, maka bagaimana jika seandainya kita yang menyiapkan generasi terbaik itu.
Mungkin inilah motivasi kita saat ini, menyiapkan generasi hebat Minangkabau, menggerakan literasi khusunya menjadikan surau sebagai pusat literasi generasi muda. Kita buat sebuah silabus surau yang berisi materi materi khusus yang terkait mengenai pendidikan karakter generasi muda minangkabau. Kita ciptakan sebuah lingkungan dimana para generasi muda kembali menyukai surau, beraktifitas di surau mendapatkan pembinaan karakter disurau dan surau menjadi pusat literasi generasi muda
Maka di akhir tulisan ini saya simpulkan bahwa sudah saatnya kita menyalakan tungku yang basah itu, bangun dari hayalan masa lalu, kita bangkit menggerakan semangat generasi muda dalam mewujudkan lahirnya generasi terbaik di minangkabau melalui literasi disegala lini, menjadikan surau sebagai basis pergerakan. Semoga apa yang kita lakukan ini akan segera kita rasakan dampaknya.
Statistik Pengunjung
300 Visitor Today
672 Visitor Yesterday
312905 All Visitor
1107597 Total Hits
3.145.161.235 Your IP address
Contact Us
Alamat :
Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)
Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00