Sinergi Literasi Bersama Perpustakaan

Kamis (14/07/2022) pagi saya berangkat penuh semangat dengan kereta api menuju Kota Padang. Selama perjalanan sekitar dua jam, saya merenung betapa pemandangan dalam gerbong itu adalah pemandangan yang sama di tempat umum lainnya. Semua sibuk dengan gawai masing-masing. Walaupun juga ada yang mengobrol, isi obrolannya bisa dikatakan tidak berkualitas karena didominasi oleh gunjingan. Saya yang berangkat seorang diri memilih menikmati perjalanan dengan harapan ada ide segar yang bisa saya dapatkan untuk dituliskan maupun diceritakan. Namun, ide-ide itu buyar oleh perasaan gelisah betapa banyak sekali tugas kita untuk mewujudkan manusia-manusia literat.

Saya turun di stasiun terakhir masih dengan membawa beban pikiran tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 10 menit ke Hotel Kyriad Bumi Minang dengan taksi online. Usai registrasi dan diberi aneka perlengkapan berupa tanda pengenal peserta, tas, baju, masker, pembersih tangan, alat tulis, serta sempat difoto juga oleh panitia, saya masuk ke dalam ruangan. Di sana sudah tertata meja dan kursi, termasuk spanduk Stakeholder Meeting (SHM) Provinsi. Sebelumnya juga sudah ada kegiatan berupa bimtek dan Peer Learning Meeting (PLM) sehingga ini adalah kegiatan lanjutan.

Saya salah satu peserta kegiatan SHM ini sebagai perwakilan dari pegiat literasi. Sambil menunggu peserta lain datang, saya kembali melanjutkan renungan sekaligus keprihatinan pada pemandangan yang saya lihat selama perjalanan. Pada kecanggihan zaman kini, menemukan kepala-kepala menunduk sedang melihat gawai sangat mudah. Sebaliknya, pemandangan orang-orang yang menunduk karena sedang membaca buku semakin sukar ditemui kalau bukan di perpustakaan atau toko buku.

Namun, mengajak orang membaca buku tidak semudah dan tidak seindah yang dibayangkan. Harus ada cara baru untuk meyakinkan masyarakat bahwa kegiatan literasi bukan hanya kegiatan membaca buku. Beragam komunitas literasi muncul bukan sebatas menyodorkan buku lalu mengajak orang lain mau membaca. Taman Baca Masyarakat (TBM) dibentuk bukan untuk dijadikan gudang buku hasil donasi. Perpustakaan tidak lagi sebatas tempat membaca, meminjam, dan mengembalikan buku. Akan tetapi, semua elemen itu harus berinovasi menciptakan kegiatan-kegiatan kreatif sekaligus produktif mendukung kesejahteraan masyarakat. Hal itulah yang digaungkan oleh Perpustakaan Nasional RI melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Saya masih teringat ketika 2018 silam dikukuhkan sebagai Duta Baca Provinsi Sumatera Barat. Sebagai seorang Duta Baca, saya sering berinteraksi dengan pihak perpustakaan provinsi sehingga saya turut menjadi saksi bagaimana perpustakaan provinsi terus berbenah meyakinkan masyarakat bahwa perpustakaan telah mengalami perluasan fungsi. Upaya tersebut juga tidak bisa dicapai sendiri, ada sinergi yang terus dibangun pihak perpustakaan provinsi berupa kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI, perpustakaan kota/kabupaten, Taman Baca Masyarakat (TBM) yang tersebar di beberapa lokasi, aneka komunitas, serta kantong-kantong literasi lainnya.

Saya bersyukur pada kegiatan Stakeholder Meeting ini turut hadir perwakilan pihak kampus, perbankan, perusahaan BUMN, maupun swasta. Kehadiran mereka menunjukkan kesediaan keterlibatan dalam perkembangan sekaligus kemajuan literasi di Sumatera Barat. Kalau tidak berkenan terlibat, tentu pihak-pihak tersebut cukup mengabaikan surat undangan dan enggan hadir. Artinya, banyak yang bersedia membangun sinergi untuk berkolaborasi bersama perpustakaan provinsi.

Pukul 09.00 WIB acara dimulai. Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Perpustakaan, pihak Perpusnas RI memaparkan tujuan dan output dari kegiatan tersebut, kemudian acara dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Provinsi. Selanjutnya, pemaparan materi oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat tentang pentingnya perpustakaan berinovasi sehingga berbasis inklusi sosial.

“Pada zaman 4.0 ini, perpustakaan juga turut berkembang menyesuaikan zaman. Kegiatan di perpustakaan sudah beragam seperti ada kelas merajut, pelatihan bahasa asing, latihan tata rias, dan lainnya sehingga perpustakaan turut berkontribusi menyiapkan sumber daya manusia yang terampil dan diharapkan skill yang mereka peroleh bisa menunjang kesejahteraan,” ungkap Bapak Novrial sembari menunjukkan tayangan kegiatan-kegiatan inklusi sosial yang sudah dilakukan di perpustakaan provinsi.

Tidak hanya itu, selaku kepala dinas yang memegang kendali peran perpustakaan provinsi, beliau juga mengajak siapa pun, terutama stakeholder yang hadir untuk turut mengambil peran sehingga terbentuk sinergi antara perpustakaan dengan beragam pihak.

“Ini tugas kita bersama, bukan pihak perpustakaan daerah saja. Apa yang bisa kita kolaborasikan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat lewat program-program literasi, ayo kita pikirkan bersama,” ajak beliau menghangatkan suasana.

Terbukti, saat sesi diskusi dibuka, masing-masing perwakilan stakeholder yang hadir mulai bicara. Diawali oleh Bapak Zulfi Ahsan dari Bappeda Provinsi yang mengaku cukup kebingungan bagaimana cara menurunkan program nasional ke daerah, maka dibutuhkan rencana aksi nasional sehingga juga memudahkan Bappeda menjalankan aksi, termasuk terkait literasi.

“Kami dari Bappeda siap mendukung,” begitu kata Bapak Zulfi Ahsan yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari peserta lainnya.

Dukungan juga datang dari PT BRI yang diwakili oleh Bapak Arsul, “Saya mulai membuka mata bahwa perpustakaan bukan hanya tentang membaca buku, tetapi banyak hal lainnya yang bisa dilakukan. Ada BI Corner, Irwan Prayitno Corner, dan lainnya. Saya akan mengusulkan juga ada BRI Corner. BRI selama ini juga sudah punya BRI Corporate University yang juga punya program inklusi sosial, tetapi arahnya pada literasi keuangan. Kami siap kerjasama dengan perpustakaan karena BRI memiliki visi Agent of Development, bahwa tujuan kami bukan soal angka, tetapi juga Sumber Daya Manusia (SDM).”

Menyambung hal itu, Bu Dina dari Perumda juga siap untuk mengusulkan adanya PDAM Corner. “Ini juga bisa menjadi tempat promosi sekaligus informasi mengenai proses air diambil hingga disalurkan sampai ke rumah warga dan informasi bagaimana kami melakukan penghematan air dan pemeliharannya”.

Selain BRI, pihak perbankan yang hadir juga ada dari Bank Indonesia (BI) maupun Bank Nagari. BI sudah memiliki perpustakaan, “Kita bisa kerjasama berupa mengadakan bedah buku dan kita juga bisa saling berkunjung. Kami juga sedang proses mendapatkan akreditasi nasional”, ujar Bu Adina. Sementara itu pihak Bank Nagari yang diwakili oleh Bapak Alexander akan membahas lebih serius bentuk kerjasama apa saja yang bisa disinergikan dengan perpustakaan, “Pada dasarnya kami sangat mendukung”, tutupnya.

Dukungan juga berasal dari dosen jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Imam Bonjol dan Universitas Negeri Padang. Selama ini mereka juga berkontribusi mencetak calon-calon pustakawan yang berkualitas. Bagi keduanya, perpustakaan harus bisa memberdayakan masyarakat sekitar juga untuk penyediaan buku dan dukungan kegiatan-kegiatan yang diadakan di perpustakaan.

Sementara itu, Bapak Agung mewakili Semen Padang menyebutkan bahwa Semen Padang sudah memiliki dua perpustakaan yang dikelola oleh Semen Padang dan Dharma Wanita. Perpustakaan itu diharapkan bisa diramaikan oleh berbagai pihak, tidak hanya ramai oleh mahasiswa yang menulis laporan tugas akhir kuliah.

Sisi lain, Bapak Ramadhan dari Sub Keuangan DPMD mengatakan, “Kita bisa meningkatkan pendapatan masyarakat melalui literasi. Sepengetahuan saya, masih banyak nagari atau desa yang ragu untuk menggunakan anggaran untuk membentuk dan mengelola perpustakaan.”

Saya pribadi turut diminta bersuara dalam forum tersebut. Saya katakan, “Pegiat literasi selama ini sudah berbuat, baik yang terpublikasi oleh media maupun tidak. Mereka selalu berkontribusi untuk perkembangan literasi. Stakeholder yang hadir bisa melibatkan pegiat literasi sebagai narasumber, pendongeng, motivator, dan lainnya.”

Tidak hanya menawarkan diri untuk dilibatkan, saya selaku Duta Baca juga mengimbau semua pihak agar kita bersama-sama lebih menghargai pustakawan, “Jangan dipandang sebelah mata. Orang-orang yang bergiat di perpustakaan itu sedang mengabdikan dirinya untuk mengelola jantung peradaban bangsa.”

Kemudian, pihak Dinas Pariwisata yang diwakili oleh Bu Dewi Fitriani juga menanyakan saran terhadap upaya promosi yang bisa disinergikan sehingga pariwisata dan literasi bisa sejalan. Baginya, semua bisa dikolaborasikan. Pihak OJK yang hadir juga menyampaikan dukungan, “Semoga dengan adanya stakeholder meeting ini bisa membuat antar-instansi bisa membangun kerjasama.”

Simpulannya semua pihak menyambut baik acara tersebut dan menyatakan siap mendukung program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Salah satu buktinya, dengan adanya BI Corner, bank-bank lain juga turut tertarik melakukan hal yang sama.

Acara ditutup dengan pengumuman tindak lanjut berupa memantapkan informasi standarisasi perpustakaan, kemudian menyepakati bahwa tim sinergi akan melakukan pertemuan tindak lanjut pada awal Agustus mendatang untuk penandatanganan kesepahaman bersama tentang upaya membangun sinergi program tersebut.

Demikianlah yang saya saksikan langsung. Semoga Dinas Kearsiapan dan Provinsi Sumatera Barat bersama para stakeholder terlibat mampu menjaga komitmen tersebut sehingga terwujud literasi yang menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Barat.

Ada satu kesimpulan tersirat yang bisa saya ambil bahwa sejatinya banyak pihak yang masih belum tahu bahwa fungsi perpustakaan tidak sebatas tempat membaca, meminjam, dan mengembalikan buku. Artinya, pihak perpustakaan harus semakin gencar melakukan promosi di tengah masyarakat kemudian harus lebih berani menggandeng berbagai pihak untuk membangun sinergi. Bagi kita sebagai masyarakat umum juga bisa memberikan masukan kepada pihak perpustakaan. Saya melihat perpustakaan daerah selama ini justru senang diberi masukan dan selalu menyambut baik pihak-pihak yang ingin menjalin kerjasama.* (Mardhiyan Novita MZ)

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
9 Online
293 Visitor Today
672 Visitor Yesterday
312898 All Visitor
1107584 Total Hits
3.144.228.149 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00