MEMBACA PERGERAKAN LITERASI DI SUMBAR Perjalanan membawaku bertemu denganmu, ku bertemu kamu~ oleh : Amelia Putri Ig. ameliarasso

Barangkali lagu itu cocok untuk menggambarkan perjalanan yang saya lakukan beberapa tahun belakangan. 17 Agustus 2019 menjadi titik balik dari perkenalanku dengan insan literasi Kota Padang. Kembali ke Padang setelah melanglang buana selama dua tahun di pulau Jawa. Rasanya mengumpulkan mozaic yang terserak, memungut kenangan masa kuliah. Melanjutkan aktivitas kerelawanan sembari mencari penghidupan di Kota Padang. Bagi saya, menjadi relawan saja tak cukup. Saya harus memiliki pergaulan dengan orang-orang yang berkecimpung di bidang literasi. Jadilah Muda Literat, komunitas pembaca buku kota Padang kala itu, menjadi salah satu komunitas yang saya ikuti.

Melalui Muda Literat, saya berkenalan dengan tokoh-tokoh pegiat literasi kota Padang bahkan Sumbar. Kami bergiat di Bukik Ase dan menggelar lapak baca gratis setiap Minggu pagi di Car Free Day Khatib Sulaiman. Kami bertukar buku, bercerita tentang bacaan, dan bincang-bincang kreatif bersama penulis di Padang. Pembina kami, Yusrizal KW mensupport kegiatan kami dengan menyediakan markas di toko bukunya di daerah Gunung Pangilun. Dengan komunitas itu saya terhubung dengan instansi Perpustakaan Provinsi Sumbar dan Dinas Kebudayaan Sumbar. Banyak iven-iven di dinas yang melibatkan milenial penggiat literasi. Sampailah kami pada sebuah iven bertajuk Festival Wakaf Buku yang diadakan bulan November 2019.

Dari acara itu terkumpul ribuan buku, yang kemudian disalurkan ke TBM-TBM di seantero daerah Padang Panjang, Agam, dan Bukittinggi. Anjangsana saat itu sangat berkesan, saya melihat banyak pusat-pusat peradaban yang muncul dari komunitas akar rumput. Mengunjungi titik-titik peradaban literasi di daerah, ibarat berkunjung ke sumber mata air ilmu. Sebuah agenda pelepas dahaga. Pemantik api semangat untuk terus bergerak. Disini saya sadar, peradaban bukan hanya milik manusia kota. Justru karena dimulai dari lingkungan terdekat, sebuah perkumpulan dari inisiatif masyarakat pedesaan membuat peradaban itu mengakar kuat. Menghasilkan pribadi-pribadi yang bisa merawat bumi, peka dengan lingkungan sosial dan melestarikan budaya leluhur yang sesuai dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Beberapa TBM yang kami kunjungi waktu itu di antaranya ; Pojok Baca Sahabat Bukkik Tui di Padang Panjang. TBM Bintang Kecil di Batu Palano, Balai Baca Rumah Bako di Balai Gurah, dan Rumah Baca Anak Nagari di Simpang Taman, Gadut Kabupaten Agam. Berawal dari sinilah, perkenalan saya dengan komunitas literasi ini berlanjut. Sebagai seorang freelancer, yang kegiatannya lintas kota/kabupaten membuat saya makin terhubung dengan rekan-rekan seperjuangan.  Setelah saya pikir-pikir, enak juga sebenarnya kerja lepas yang jam kerjanya tidak terikat. Meskipun income tak menentu, tapi waktu kita untuk eksplor daerah-daerah baru makin terbuka lebar.

Masa pandemi yang berlangsung selama dua tahun belakang, justru tak menghambat langkahku untuk terus berkelana dan mengeksplorasi pengalaman di beragam komunitas. Aktivitas kita di instansi pemerintahan memang dibatasi. Tak ada lagi workshop literasi seperti sebelumnya, tak ada lagi seminar-seminar dan pelatihan yang biasa kita lakukan di perpustakaan waktu itu. Saya justru makin terhubung dengan komunitas literasi saat di penghujung tahun 2020. Saat saya mengikuti Training of Trainer Leadership yang diselenggarakan di Istana Rakyat, Lasi, Agam. Selain itu saya juga terhubung dengan komunitas konservasi dan komunitas seni. Benang merah dari kegiatan di komunitas ini tentu saja literasi.

Literasi telah berkembang luas, tidak hanya di TBM dan komunitas penyuka buku. Saya mengasah tulisan berupa esai dan liputan di komunitas Gubuak Kopi. Sebuah komunitas seni dan media yang berbasis di Kota Solok. Disana saya bertemu mentor menulis dan memposting tulisan di website. Literasi tak hanya sekadar baca tulis. Ia berkembang menjadi kegiatan-kegiatan kreatif yang diusung oleh kesadaran kelompok. Pergerakan literasi bisa sejalan dengan aktivitas pelaku-pelakunya. Seperti halnya disana, kita melakukan lokakarya untuk memahami persolaan warga. Kemudian persoalan itu kami angkat ke khalayak berupa pameran seni dan pembukuan karya tulisan.

Di Sumbar ini banyak komunitas yang hadir ke tengah-tengah warga karena berlandaskan permasalahan daerahnya. Namun banyak dari mereka yang merasa jalan sendiri-sendiri, tidak ada support dari pemerintah. Itu yang seharusnya dijangkau oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip di Provinsi. Merangkul komunitas yang berasal dari kesadaran kelompok untuk memajukan literasi. Ada yang bergerak di bidang pengarsipan aktivitas warga, mengadakan kegiatan untuk memahami permasalahan lokal. Ada yang bergerak di bidang seni, mengasah bakat minat anak-anak untuk membuatnya berani berkarya. Sudah saatnya literasi naik kelas, kita tak bisa hanya beraktivitas menggalang buku untuk membangun rumah baca. Sudah saatnya kita membuat sebuah komunitas yang bergerak bersama rakyat, dimiliki oleh rakyat. Membangun peradaban yang literat dimulai dari kolaborasi yang mantap antar stake holder terkait dan komunitas akar rumput.

Sharing :    
  About

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan di daerah ini.

  Statistik Pengunjung
5 Online
161 Visitor Today
154 Visitor Yesterday
246891 All Visitor
924299 Total Hits
44.200.179.138 Your IP address

  Contact Us
  Alamat :

Jalan Diponegoro No.4 Padang (Sekretariat dan Perpustakaan Provinsi) dan Jalan Pramuka V No. 2 Khatib Sulaiman Padang (Kearsipan)

Tel : (0751) 7051348
Mail : dapprovsumbar@gmail.com
Business Hours : 7:30 - 15:00